Zona Nyaman
Saya sering mendengar bahwa zona nyaman adalah kondisi yang membuat kita tidak berkembang dan tidak bisa maju. Menurut saya benar juga. Misalnya saya hanya mau bekerja di kota asal saya dan bekerja di perusahaan yang sama selama bertahun-tahun. Udah kerjanya rodi, gajinya juga dibawah UMR, tapi kok betah ya?
Tentu saja, itu karena saya merasa nyaman di sana. Biarpun gaji kecil, kerja rodi tapi ada hal-hal lain yang membuat saya nyaman. Apa saja? Setiap orang pasti punya alasan masing-masing. Teman saya ada yang mengalami hal itu. Menurut dia, walaupun gaji kecil dan kerja rodi tapi di sana dia bisa banyak belajar. Dia juga sudah sangat akrab dengan bosnya.
Lalu apakah dia ada kemajuan? Mungkin dari segi ilmu yang didapat dia mengalami kemjuan. Untuk gaji mungkin tidak.
Masalah zona nyaman ini bukan hanya untuk karier kita lho. Kita juga sering hidup dimana kita selalu merasa nyaman dengan kondisi emosional kita. Misalnya, kita adalah pribadi yang mudah khawatir, mudah iri, mudah marah, pendendam dan kita memelihara semua emosi negatif itu.
Ketika ada orang lain yang menyinggung kita, kita marah. Ada orang yang menyakiti, kita jadi mendendam. Bukannya belajar memaafkan, kita malah menyalahkan mereka yang sudah menyakiti kita. Kita berpikir dan berpendapat, wajar kalau kita marah dan dendam kan mereka yang salah.
Ada yang sering mengalami seperti itu? Pasti banyak (sok tau beud). Saya juga salah satunya.
Saya punya pengalaman ketika bekerja sebagai front office hotel, saya dimusuh oleh teman-teman sedivisi. Parahnya, saya tidak boleh menggunakan komputer. Saya juga sering dikata-katai bahwa saya ini bodoh, tidak mau berkembang.
Lalu mengapa mereka berbuat seperti itu? Saya pernah berpikir bahwa karena bos yang membawa saya bekerja mereka takut saya jadi mata-mata. Akhirnya mereka membuat saya tidak betah dengan memperlakukan saya seperti itu.
Sampai pada akhirnya bos mengeluarkan saya karena tidak bekerja dengan maksimal. Gimana mau kerja maksimal kalau dalam kondisi tertekan? Wah saya dendam banget dengan teman-teman saya. Setiap hari yang saya pikirkan hanya membalas dendam.
Selama dua tahun saya menyimpan dendam. Menurut saya, wajar dong kalau saya dendam kan mereka jahat sama saya. Sampai akhirnya ketika saya merenung saya terus menyimpan dendam karena saya berada di zona nyaman untuk menyimpan dendam dan menyalahkan orang lain. Akhirnya, saya berusaha melepas dendam saya.
Toh, sekarang kehidupan saya lebih baik dibanding teman-teman yang pernah menjahati. Mereka masih bekerja dengan tekanan, sementara saya bekerja sebagai pekerja freelance yang walaupun penghasilan belum sesuai harapan tapi masih bisa memenuhi kebutuhan. Saya juga menerima karma yaitu ketika mantan bos saya mengajak saya jalan-jalan ke Singapura. Karma gak selalu buruk kan?
Saya kemudian menganalisis. Teman-teman saya juga berada di zona nyaman dengan menjatuhkan orang lain. Mereka merasa nyaman melakukan hal itu karena mungkin mereka senior. Mungkin juga mereka terancam sehingga menurut mereka wajar mereka melakukan hal itu.
Ada yang seperti itu? Pasti banyak, bahkan teman-teman dekat saya banyak yang berpikir bahwa dalam dunia kerja, menjatuhkan teman atau lawan adalah cara untuk bertahan di pekerjaan. Saya sih gak heran, saya juga pernah kerja kantoran dan pernah mengalami kondisi seperti itu.
Ada lagi kisah teman saya, cowok yang posesif banget dengan pacarnya. Katanya, karena dia pernah diselingkuhi, dia jadi trauma. Setiap pacaran, dia melarang pacarnya bergaul dengan teman-teman cowok kecuali yang dia kenal baik. Dia juga sering ribut ketika pacarnya mau berkumpul dengan teman-teman cewek karena dia berpikir bisa saja pacarnya ketemu cowok lain tanpa sepengetahuannya.
Akhirnya, si cewek kabur karena jenuh dengan kelakukan posesif pacarnya. Sementara si cowok tetap berada di zona nyaman dengan merasa wajar, wong dia pernah disakiti. Si cowok ini bukannya belajar melepas trauma malah memelihara trauma yang berujung dengan larinya si cewek.
Dia bilang, dia kecewa dengan pacarnya. Emangnya pacarnya gak kecewa sama dia?
Sekilas cerita aja tentang kita aja yang selalu ingin berada di zona nyaman. Zona nyaman gak selamanya buruk tapi kalau yang buruk ya lebih baik ditinggalkan saja.
Selamat berusaha keluar dari zona nyaman.
Komentar
Posting Komentar