Belajar Menerima Pasangan Kita Apa Adanya

Kata orang, kita harus bisa menerima pasangan kita apa adanya. Betul? Saya juga sering mendengar kalimat seperti itu. Tapi prakteknya susah banget. Pasti pada setuju dengan ini. Lalu gimana sih cara menerima pasangan kita apa adanya?
Oke, saya mau share pengalaman ketika saya berusaha menerima Nyonyo apa adanya. Saya ceritakan dulu, Nyonyo punya hobi pelihara hewan terutama unggas seperti ayam, burung dara, burung lovebird, dan berbagai jenis uanggas. Kecintaannya kepada unggas sudah dimulai sejak kecil. Unggas-unggas itu dia anggap seperti anaknya, bahkan perhatiannya ke 'anak-anak" melebihi perhatiannya ke saya.
Sebagai pacar, wajar kalau saya gak terima, masa diduain sama hewan. Sekalian aja kawin sama hewan-hewan itu. Masalah ini kerap menjadi pertengakaran. Apalagi, beberapa orang yang saya tahu, terutama cowok-cowok yang pelihara burung itu malas, lebih sibuk sama burung daripada pekerjaannya .
Belum lagi, kalau ada lomba kicau burung. Dia lebih memilih berkumpul sama teman-temannya yang sehobi daripada menemani pacarnya. Akhirnya kita bertengkar terus.

Gambar nyomot di Google
Saingan saya memperebutkan hati Nyonyo
Selain masalah burung, Nyonyo itu sulit disuruh berhenti merokok. Seperti kebanyakan wanita, saya juga gak suka Nyonyo ngerokok. Tapi tetap saja gak bisa lepas dari rokok.
Masalah lain adalah cita-citanya jadi pengacara. Saya gak terima dia jadi pengacara karena pasti saya akan sering ditinggal sidang ke luar kota. Belum lagi karena dia merasa menjadi pengacara akan menghasilkan banyak uang, dia melarang saya bekerja. Tapi saya tetap ngeyel, mau terus berakrier setelah menikah.
Dia juga sering ribut kalau saya mau jalan-jalan ke luar kota sendiri. Menurut dia, pacaran seharusnya jalan-jalan berdua, boncengan naik motor. Sementara, saya tidak kuat naik motor jauh-jauh. Selain itu, saya lebih menikmati solo travelling. Dia juga benci kalau saya bercita-cita jalan-jalan ke luar negeri.
Itu sebagian masalah yang membuat saya sering bertengakar dengan Nyonyo. Suatu hari, saat sedang merenung, ada suara yang membisiki bahwa saya harus belajar menerima Nyonyo apa adanya. Misalnya, unggas adalah bagian dari hidupnya. Itu yang membuatnya bahagia. Bahkan ketika saya tanya apa hal yang paling dia takutkan, dia menjawab kalau tidak boleh memelihara burung dan ayam. Emaknya Nyonyo juga pernah cerita kalau sejak kecil nyonyo suka dengan unggas. Nyonyo juga pernah cerita bahwa dengan memelihara hewan dia belajar menjadi laki-laki yang harus menyisihkan penghasilannya untuk keluarga.
Saya belajar menerima walau belum ikhlas. Saya coba ikut kegiatan lomba kicau burung.
Suatu ketika, saya geger besar dengan Nyonyo yang membuat kami putus. Pada masa perenungan saya kembali diingatkan untuk menerima makhluk-makhluk kesayangan Nyonyo.
Setelah kami bersatu kembali, saya mulai mencintai makhluk-makhluk itu. Ternyata mereka juga makhluk yang lucu dan menggemaskan. Saya pun belajar menerima rokok, apalgi kalau cuma tiga batang per hari saya biarin aja. Toh merokok memang kebahagiannya.
Begitu juga dengan cita-citanya menjadi pengacara. Waktu itu saya pengen banget ke Jepang, tapi rasanya mustahil dari segi keuangan. Saya masih berpikir positif siapa tau saya menang undian. Saya pun berdoa.
Dalam doa saya ditunjukkan kalau saya bisa menggapai cita-cita saya, kenapa Nyonyo tidak? Saya pun mendukungnya untuk menjadi pengacara. Sikap Nyonyo yang selama ini dingin dan sering cari masalah pun berubah. Dia lebih mau mendengarkan saya.
Selain itu, dia sepertinya juga mulai bisa menerima saya apa adanya. Misalnya, dia mengijinkan saya jalan-jalan sendiri, termasuk kalau saya ingin jalan-jalan ke laur negeri. Dulu dia juga protes hobi kuliner saya, katanya saya makan harus enak. Sekarang dia santai-santai aja soal hobi kuliner saya. Rencana saya dolan ke luar negeri pun dia oke.
Tetapi, rencana ke Jepang saya ganti ke negara bebas visa di Asia Tenggara. Mengingat keuangan saya belum mencukupi untuk samapi ke Negeri Sakura.

Ini tujuan saya selanjutnya, gambar nyomot di Google

Bahkan, dia juga sudah tidak mempermasalahkan keinginan saya untuk berakrier setelah menikah.
Itulah pengalaman saya belajar menerima pasangan apa adanya.
Buat kamu yang masih kesulitan menerima pasangan kamu apa adanya, saya kasih tips.
Pertama, pikirkan bahwa apa yang tidak kita sukai bisa jadi itu adalah kebahagiaan buat pasangan kita. Sebaliknya, apa yang tidak disukai oleh pasangan kita, itu justru kebahagiaan buat kita. Kalau kita mencintai pasangan kita, bukankah kita ingin membahagiakannya? Jadi belajarlah menerima hal-hal yang disukai pasangan kita walaupun kita tidak suka.
Kedua, meminta petunjuk Sang pencipta untuk membuat kita menerima pasangan kita.
Ketiga kalau rasanya masih sulit, biarkan semua berjalan alami. Artinya, kamu gak perlu memaksakan diri untuk menerima dia apa adanya. Biarkan kamu berprosse untuk menerima. Saya pun awalnya dipkasa menerima hal-hal yang Nyonyo sukai. Tetapi pada akhirnya saya juga bahagia melihatnya bahagia.
Bukan hanya masalah hobi, saya pun dituntut untuk menerima kekurangan Nyonyo apa adanya. Misalnya beberapa sifatnya yang saya tidak suka. Saya yakin Nyonyo pun pasti akan dipaksa menerima kekurangan saya. Bukankah pasangan itu tercipta untuk saling melengkapi?

Komentar

  1. Izin promo ya Admin^^
    bosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
    mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
    mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik
    ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
    add Whatshapp : +85515373217 ^_~ :))

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senam Bebas Sakit Punggung

Cerita Bertemu Jodoh

Alvin Aribowo Lee