Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Surat Untuk Wanitaku Yang Selalu di Hatiku

Halo wanitaku, Bagaimana kabarmu. Aku percaya kamu pasti baik-baik saja. Sudah lama aku tak bertemu denganmu. Bahkan, sudah lama aku tak melihatmu secara langsung. Namun, aku bersyukur, Semesta masih mengijinkanku melihatmu melalui foto-foto yang kamu unggah di media sosialmu. Wanitaku, sudah lama sekali aku ingin bertemu denganmu. Rasanya, aku sudah tidak kuat lagi menahan rindu di dadaku. Tapi, mengapa rasanya sulit sekali bertemu denganmu? Aku sadar, banyak kesalahan yang kuperbuat padamu. Tak bisa kupingkiri, kamu pasti kecewa. Wanitaku, tak dapat kuhitung berapa banyak kesalahan yang aku perbuat. Mungkin kamu lebih tahu berapa kesalahanku. Barangkali hal-hal yang tak sengaja kulakukan pun tanpa sengaja sudah melukai hatimu. Ah, benar, aku mungkin manusia yang tak punya hati hingga tega melukaimu. Bahkan, aku akui aku sengaja membuatmu marah melalui perkataan dan sikapku. Tapi, tahukah kamu wanitaku. Kau menyesal melakukan itu semua Aku sadar semua hal yang m...

Surat Untuk Pria Yang Kuharap Kelak Menjadi Pendampingku

Halo, apa kabarmu sayang?   Aku tahu dan aku percaya bahwa kamu baik-baik saja. Setidaknya, hal itulah yang bisa aku tangkap sekalipun kita tidak setiap hari bertemu. Tapi, melalui percakapan kita sehari-hari melalui SMS, BBM, ataupun telepon aku percaya bahwa kamu baik-baik saja. Kadang-kadang, kamu mengeluh padaku bahwa kondisimu kurang fit karena kelelahan. Namun, rasa lelah serta flu dan sakit kepala yang menyerang dirimu sepertinya tak menyurutkan semangatmu untuk terus berkarya. Aku paham kerja keras yang kamu lakoni saat ini bukan hanya untuk kamu, tetapi untuk aku dan untuk masa depan kita kelak. Semua perjuangan yang kamu lakukan saat ini bukan hanya untuk kamu nikmati, tetapi kamu ingin agar akupun turut menikmatinya. Sayang, tahukah kamu. Kadang-kadang aku merasa cemas karena kamu bekerja terlalu berat. Namun aku tak bisa melarangmu karena aku sadar kamu sedang berjuang untuk kita. Setiap hari, kamu selalu bercerita padaku bahwa kamu pulang terlambat karen...

Kebaikan Ibu Berbalas Kasih Orang Lain

Ini tulisan kedua saya yang dimuat di Majalah Kartini. Kali kembali saya pos sesuai dengan tulisan asli saya. oleh redaksi, tulisan saya sudah diedit dan judulnya diubah menjadi Siapa yang Menanam Dialah Yang Menuai Ibuku   adalah wanita yang aktif. Walaupun usianya sudah lebih dari 65 tahun, namun hal tersebut bukan halangan. Beliau sangat aktif di kegiatan lingkungan, baik kegiatan di kampung maupun di kegiatan agama. Dalam keadaan kurang sehat pun beliau masih menyempatkan diri aktif di kegiatan social. Sehari-hari beliau adalah ibu rumah tangga yang juga mengurus ayahku yang sudah tua dan sakit-sakitan. Sementara aku dan adikku bekerja di luar kota. Otomatis, hanya ibuku yang mengurus ayahku karena kami tidak punya pembantu. Ketika kondisi ayah sehat, Ibu meninggalkan ayah sendiri di rumah untuk mengikuti kegiatan sosial di luar kota. Namun, ketika kondisi ayah kurang sehat, Ibu hanya mengikuti kegiatan lingkungan, bahkan kadang-kadang Ibu memilih di rumah untuk menjaga a...

Sarjana Tidak Harus Bekerja di Perusahaan Besar

Tulisan ini pernah dimuat di Rubrik Setetes Embun Majalah Kartini. Ini pertama kalinya tulisan saya berhasil menembus Majalah Wanita Nasional tanpa saya harus bekerja di redaksi majalah itu. Tulisan ini saya post sesuai dengan versi aslinya. sementara, tulisan yang dimuat di Majalah Kartini sudah mengalami pengeditan. Judulnya diubah menjadi Hikmah Di Balik Perjuanganku Mencari Pekerjaan Di tengah persiangan yang tinggi dalam mendapatkan pekerjaan, gelar akademis bukan lagi sebuah keistimewaan. Walaupun aku memiliki gelar sarjana, namun, aku rela bekerja sebagai karyawan biasa di sebuah toko. Menjadi seorang sarjana adalah cita-citaku sejak kecil karena aku ingin mendapatkan pekerjaan dan gaji yang layak. Keinginanku itu didukung oleh kedua orang tuaku. Walaupun saat itu perekonomian keluargaku terpuruk, namun, orang tuaku berjuang agar aku bisa kuliah sampai lulus.. Masa kuliah adalah masa dimana aku sering mengalami jatuh bangun. Karena perekonomian keluargaku pas-pasan, seda...