Surat Untuk Pria Yang Kuharap Kelak Menjadi Pendampingku



Halo, apa kabarmu sayang?  Aku tahu dan aku percaya bahwa kamu baik-baik saja. Setidaknya, hal itulah yang bisa aku tangkap sekalipun kita tidak setiap hari bertemu. Tapi, melalui percakapan kita sehari-hari melalui SMS, BBM, ataupun telepon aku percaya bahwa kamu baik-baik saja.
Kadang-kadang, kamu mengeluh padaku bahwa kondisimu kurang fit karena kelelahan. Namun, rasa lelah serta flu dan sakit kepala yang menyerang dirimu sepertinya tak menyurutkan semangatmu untuk terus berkarya.
Aku paham kerja keras yang kamu lakoni saat ini bukan hanya untuk kamu, tetapi untuk aku dan untuk masa depan kita kelak. Semua perjuangan yang kamu lakukan saat ini bukan hanya untuk kamu nikmati, tetapi kamu ingin agar akupun turut menikmatinya.

Sayang, tahukah kamu. Kadang-kadang aku merasa cemas karena kamu bekerja terlalu berat. Namun aku tak bisa melarangmu karena aku sadar kamu sedang berjuang untuk kita.
Setiap hari, kamu selalu bercerita padaku bahwa kamu pulang terlambat karena kamu harus menyelesaikan pekerjaanmu. Setelah lewat jam kerja, kamu masih harus menyelesaikan berkas-berkas yang akan dipakai keesokan bahkan yang akan digunakan lusa. Semua itu kamu lakoni dengan senang hati. Jarang sekali aku mendengar keluhan dari kamu. Kantor yang seharusnya menjadi tempatmu mengumpulkan rupiah kini bahkan menjadi rumah keduamu.
Aku bangga dengan kerja keras dan loyalitasmu. Sebagaimana seorang juragan yang membantumu menafkahi hidup, pastilah bosmu menuntut kamu untuk bekerja keras dan loyal. Aku paham itu.
Walaupun begitu, kadang-kadang aku tak bisa menerima bila kamu bekerja hingga larut malam hingga kamu melupakan makan malam. Sayang, aku mengkhawatirkan kesehatanmu.

Mungkin, inilah waktunya aku belajar untuk bisa menerima kamu. Sifat dan kebiasaanmu yang kelak akan menyertai hidup kita.
Aku memang belum lama mengenalmu. Aku belum paham semua sifat dan kebiasaanmu. Kamu pun mungkin belum memahami aku sepenuhnya. Aku memang selalu mengkhawatirkanmu. Berulang kali kamu selalu mengatakan kepadaku bahwa aku tak perlu khawatir karena kamu tahu sampai dimana batas kemampuanmu tubuhmu. Kata-katamu itu sedikit melegakanku, walaupun sebetulnya lebih banyak kekhawatiranku tentang dirimu.
Kadang-kadang aku menuntutmu terlalu banyak. Aku menuntutmu untuk mengurangi kebiasaanmu yang merusak kesehatan dan kebiasaan-kebiasaanmu yang menghamburkan uang. Mungkin kamu berpikir bahwa aku egois dan terlalu banyak menuntut, sementara kamu sendiri belum sanggup melakukan semua itu

Sayang, sekalipun aku egois, ini semua demi kabaikan kita. Aku tak ingin kelak masalah kesehatan akan mengganggu kehidupan kita kelak. Aku pun berusaha untuk tetap sehat. Kamu bisa mengerti kan sayang?

Sayang, ingatlah, di sini ada aku yang berjuang bersamamu. Kita berjuang bersama demi masa depan yang lebih baik.
Sayang, kamu tidak sendiri memperjuangkan mimpimu. Aku, wanita yang kau pilih akan selalu mendukungmu berjuang. Kamu tak akan sendiri melewati suka dan duka. Bila ada duka di hatimu, bagilah kepadaku. Kita akan menghadapinya berdua.
Aku mungkin tak tahu banyak bagaimana cara mewujudkan mimpimu. Tapi, aku bisa membantumu lewat setiap rapalan doa yang kupanjatkan supaya kelak kesuksesan akan menyertai kamu.
Aku pun akan berjuang mewujudkan mimpi-mimpiku. Bukan untuk egois, tetapi demi kita kelak di masa depan dan untuk keluarga kecil kita nantinya. Karena itu sayang, ijinkanlah aku untuk saat ini berjuang bersamamu melalui jalan yang aku pilih sendiri. Aku pun akan mendukungmu meraih mimpi di jalan yang kamu pilih.

Sayang, aku tahu bahwa tak selamanya perjalanan cinta kita akan berjalan mulus. Tetapi maukah kamu memaafkanku bila aku berbuat salah padamu?
Aku dan kamu sudah beberapa kali melewati perjalanan cinta sebelum pada akhinya semesta yang menyatukan kita. Sama seperti kamu, aku pun paham bahwa tidak mungkin ada hubugan yang tanpa kerikil tajam menyertai hubungan itu.
Sayang, saat aku melukaimu, maukah kamu dengan lapang dada memberikan maafmu padaku? Aku paham, kadang-kadang sulit untuk memberi maaf, namun hal itulah yang aku pinta darimu. Saat aku berbuat kesalahan, aku meminta kamu mau memberikan maafmu untukku dan menerimaku kembali menjadi bagian dalam hidupmu.
Permintaanku ini mungkin terkesan egois. Sayang, mungkin aku pun tak semudah itu memberikan maaf atas kesalahanmu. Namun, aku akan berusaha menjadi manusia yang lebih berbesar hati dalam menerima kekuranganmu.

Sayang, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku sayang kamu dan menerima kamu menjadi bagian di hidupku. Maukah kamu berjuang bersamaku untuk berubah menjadi lebih baik untuk masa depan kita?

Dariku, wanita yang berharap kelak akan menjadi pendampingmu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senam Bebas Sakit Punggung

Cerita Bertemu Jodoh

Alvin Aribowo Lee