Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

The Right Man In The Wrong Place

Gambar
Halo..haloo. Jumpa lagi sama saya yawww. Sekian lama mencari ide buat menulis, akhirnya ketemulah ide yang satu ini. Tema dan idenya sudah tertuang di judul post kali ini. Yap, The Right Man In The Wrong Place. Saya mau cerita sedikit pengalaman terkait judul di atas. Sebelumnya saya kasih quote dulu ya.. Tapi yang mau saya bagikan dimari bukan tentang quote diatas ya. Jadi beberapa tahun silam, saat saya masih jadi wartawan, saya bertemu dengan Ibu Farida. Waktu itu saya datang bersama teman fotografer, sebut saja namanya Kyky, dia cowok lho ya.. Si Kyky ini sering banget dikritik soal foto karyanya yang katanya gak sesuai foto jurnalistik. Kritikannya cukup tajam. Saya yang cuma denger aja jadi gimana gitu. Periihhh.. Suatu ketika saya cerita masalah ini sama Bu Farida. Awalnya beliau cerita tentang sesuatu yang saya udah lupa. Maklum udah  8 tahun silam. Beliau lalu berkata,"Tidak selamanya the right man in the right place, tetapi ada waktunya The Right Man in The Wrong...

Buat Yang Suka Traveling, Baca Ini Deh

Gambar
Kali ini, saya mau ngomongin soal piknik. Kenapa ngomong soal piknik? Jawabannya adalah karena manusia butuh piknik. Kalo kurang piknik ntar jadi serba gak beres semuanya. Apa-apa yang dilakukan jadi serba salah, bawaannya jadi marah melulu. Ngomong-ngomong soal piknik, terutama piknik ke daerah-daerah asing, termasuk ke luar negeri ini ada dua kubu. Kubu pertama lebih suka backpackeran dan kubu kedua suka pake jasa tur. Kubu pertama bilang backpacker lebih enak, bebas, gak diatur-atur, lebih mandiri, lebih petualang, menantang. Kubu yang ini mengaku mereka lebih tangguh karena semuanya diatur sendiri. Sedangkan kubu kedua ini suka yang terencana, gak repot, yang penting sampe ke tujuan dengan selamat, nyaman, tinggal menikmati aja. Kubu kedua ini konon didominasi oleh mereka yang punya budget lebih, berbeda dengan kubu pertama yang mengaku budgetnya ala kadarnya. Di sini saya mau berbagi tentang pengalaman menggunakan tur ala backpacker, jasa tour atau travel agent, dan op...

Haruskah Mengorbankan Karier Demi Keluarga?

Dari judulnya saja, tulisan ini merupakan tulisan mengenai kegalauan saya. Sudah hampir tiga tahun ini, saya galau berat. Pasalnya, calon suami minta saya untuk meninggalkan karier kewartawanan yang sudah saya bangun demi bisa merawat anak kelak kalau kami sudah menikah. Bagi saya meninggalkan karier bukan hal yang mudah. Walaupun saat ini saya berstatus wartawan freelance, saya berharap suatu saat saya bisa bekerja kembali di perusahaan media, syukur-syukur kalau jadi redaktur. Bagaimanapun juga saya sudah membangun karier dengan susah payah, jatuh bangun dari jadi wartawan, resign dan diberhentikan sampai bisa bangkit lagi semua sudah saya lakoni. Kebayang kan perjuangan saya… Itu cerita saya. Sementara, si Nyonyo, calonku itu juga pernah saya minta untuk meninggalkan karier kepengacaraanya. Tapi dia belum jadi pengacara kok. Sambil kerja sebagai staff pengacara, Nyonyo juga kuliah ektensi Hukum. Rencananya, setelah lulus mau ikutan PKPA terus jadi pengacara. Jujur, saya ...

Bingung Bikin Jadul, Yang Jelas Masih Cerita Tentang Saya dan Nyonyo

Saya mau cerita lagi tentang hubungan saya dan Nyonyo. Cerita ini memang tidak ada habisnya karena selalu ada pesan baru yang Tuhan berikan di setiap hubungan ini. Jadi Rabu malam akhir Januari 2018, hujan mengguyur kota saya. Akibatnya, kami gak bisa nonton super blue blood moon hehehe. Tapi bukan itu yang mau saya ceritakan. Tapi tenteng hubungan saya dengan Nyonyo. Jadi malam itu rencananya kami akan maesong sdaudara Nyonyo yang meninggal dunia. Tapi walaupun tidak saling mengatakan, ada rasa malas buat kami berdua. Nyonyo bilang bahwa dia malas, saya juga. Akhirnya kami gak jadi maesong. Maka dibahaslah permasalahan kami berdua. Awalnya Nyonyo bercerita bahwa dulu dia bertemu dengan seseorang yang mengatakan kepadanya bahwa jika Nyonyo punya keinginan dan ingin terkabul, dia harus hidup prihati yaitu dengan mengurangi makan dan tidur. Sejak itu, Nyonyo rajin berpantang yaitu tidak makan makanan yang berbahan beras dan yang bernyawa, dalam hal ini daging, ikan, termasuk teri, reb...

Buat Suami yang Melarang Istrinya Bekerja dan Istri yang Berniat jadi Ibu Rumah Tangga Saja, Baca Ini

Berhubung terlalu banyak yang dipikirkan sampe-sampe saya lupa mengisi blog ini. Singkat cerita saya sudah balikan dengan Nyonyo. Lalu apakah hubungan kami membaik? Awalnya iya, tetapi beberapa hari ini kembali terjadi perdebatan untuk masalah yang sama yaitu karier. Sebelum tahun baru saya dan Nyonyo sepakat bahwa Nyonyo tetap bekerja menjadi pengacara tapi di hanya di Jawa Tengah aja. Awalnya dia menolak, pengen juga sidang di luar Pulau Jawa. Tapi dengan tegas saya katakan bahwa saya sudah mengalah tidak menjadi wartawan. dengan menjadi wartawan saya punya kesempatan bisa bepergian bahkan hingga ke luar negeri. Nyonyo setuju asalkan saya mau hidup sederhana. tapi, kemaren-kemaren saya merasa tidak percaya dengan yang Nyonyo katakan dan terjadilah perdebatan. Saya terus mempertahankan cita-cita saya untuk tetap bekerja setelah menikah. Tapi Nyonyo tidak terima, malah mengatakan bahwa saya kok maunya keluyuran terus. Saya akhirnya bilang bahwa saya tidak mau punya anak. Eh, dia bal...